SLIDE

10/recent/ticker-posts

APA ITU TAREKAT?



A. Definisi Tarekat

            Ada beberapa definisi terkait masalah tarekat, yang pertama dalam tinjauan etimologi bahwa tarekat yang berasal dari bahasa arab yaitu al-Tharq, jamaknya al-Thuruq merupakan isim Musytaraq, yang secara etimologi berarti jalan, tempat lalu atau metode. Sedangkan menurut terminology ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang tarekat, diantaranya menurut Abu Bakar Aceh, tarekat adalah petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan diajarkan oleh rasul, dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun sampai pada guru-guru, sambung-menyambung dan rantai-berantai. Atau suatu cara mengajar dan mendidik, yang akhirnya meluas menjadi kumpulan kekeluargaan yang mengikat penganut-penganut sufi, untuk memudahkan menerima ajaran dan latihan-latihan dari para pemimpin dalam suatu ikatan.
Harun Nasution mendefinisikan tarekat sebagai jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi, dengan tujuan untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Syekh Muhammad Amin Kurdy mendefinisakan tarekat sebagai pengamalan syari’at dan (dengan tekun) melaksanakan ibadah dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah pada apa yang memang tidak boleh dipermudah. Zamakhsyari dhofier memberikan definisi terhadap tarekat sebagai suatu istilah generic, perkataan tarekat berarti “jalan” atau lebih lengkap lagi “jalan menuju surga” dimana waktu melakukan amalan-amalan tarekat tersebut si pelaku berusaha mengangkat dirinya melampaui batas-batas kediriannya sebagai manusia dan mendekatkan dirinya ke sisi Allah.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tarekat adalah melakukan pengamalan yang berdasarkan syari’at yang disertai dengan ketekunan dalam beribadah sehingga sampai pada kedekatan diri dengan Allah. Hal inilah yang menjadi tujuan utama dalam ber-tarekat yakni kedekatan diri kepada Allah (Taqarrub ila al Allah). Jadi, amalan tarekat merupakan sebuah amalan ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in secara turun temurun hingga kepada para ulama’ yang menyambung hingga pada masa kini.



B. Macam-Macam Tarekat di Indonesia dan Ajaran-Ajaran Tarekat

            Sebagai bentuk tasawuf yang melembaga, tarekat ini merupakan kelanjutan dari pengikut-pengikut sufi yang terdahulu. Dari sekian banyak tarekat terdapat sekurang-kurangnya ada tujuh tarekat yang berkembang di indonesia :


(a)    Tarekat Qodariyah didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166) dan dia sering disebut dengan al-jilli. Tarekat ini banyak tersebar di dunia Timur, tiongkok, sampai pulau jawa. Pengaruh tarekat ini cukup banyak meresap di hati masyarakat yang dituturkan  lewat bacaan manaqib. Manaqib ini dibaca dengan tujuan agar mendapatkan berkah dengan mendapat rahmatnya.


(b)    Tarekat Rifai’yah didirikan oleh Syaikh Rifa’i. Tarekat ini banyak tersebar di daerah Acah, Jawa, Sumatra Barat, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya. Ciri tarekat ini adalah penggunaan tabuhan rebanadalam wiridnya, yang diikuti oleh tarian  dan permainan debus, permainan debus ini berkembang pula di daerah Sunda, khususnya Banten, Jawa Barat.


(c)    Tarekat naqsyabandiyah didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin al-Uwaisi al-Bukhari (727-791H). Tarekat ini banyak tersebar di Sumatra, Jawa, maupun Sulawesi. Ke daerah Sumatra Barat, tepatnya daerah Minangkabau, tarekat ini dibawa oleh Syekh Ismail al-Kholidi al-Khurdi, sehingga di kenal dengan sebutan tarekat naqsabandiah al-khalidiyah. Amalan tarekat ini tidak banyak dijelaskan ciri-cirinya.


(d)    Tarekat Samaniyah didirikan oleh Syekh Saman yang meninggal pada tahun 1720 di Madinah. Tarekat ini banyak tersebar luas di Aceh, dan mempunyai pengaruh yang dalam bagi daerah ini, juga di Palembang dan daerah lainnya di Sumatra. Di jakarta tarikat ini juga sangat besar pengaruhnya, terutama di daerah pinggiran kota. Ciri tarekat ini adalah dengan zikirnyz yang sangat keras dan melengking, khususnya ketika mengucap lafadz lailaha illa Allah. Juga terkenal dengan rotib saman yang hanya mempergunakan perkataan  “hu” , yang artinya Dia Allah.


(e)    Tarekat Khalawatiyah didirikan oleh Zahiriddin (w. 1397 M). Di Khurasan dan merupakan cabang dari tarekat Suhrawardi yang didirikan oleh Abdul Qadir Suhrawardi. Terakat ini banyak pengikutnya di Indonesia, dimungkinkan karena suluk dari tarekat ini sangat sederhanadalam pelaksanaanya. Untuk membawa jiwa dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi melalui tujuh tingkat, yaitu: peningkatan dari nafsu amarah, lawwamah, mulhamah, muthmainnah, radhiyah, mardiyah, dan nafsu kamilah.


(f)    Tarikat al-Hadad didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Haddad. Ia pencipta ratib haddad dan dianggap sebagai salah seorang wali qutub dan arifin dalam ilmu tasawuf. Tarekat haddad banyak terkenal di Hadramaut, Indonesia, India, Hijaz, Afrika Timur, dan lain-lain.


(g)    Tarekat Kholidiyahadlah salah satu cabang tarekat naqsabandiyah di Turki, yang berdiri pada abad XIX. Tarekat ini berisi tentang adab dan zikir, tawasul dalam tarekat, adab suluk, tentang saik dan maqamnya, tentang ribath dan beberapa fatwa pendek dari Syekh Sulaiman al-Zuhdi al-Khalidi, terakat ini banyak bekembang di Indonesia dan mempunyai Syekh Khalifah dan Mursyid yang diketahui dari beberapa surat yang diketahui dari yang berasal dari Banjarmasin dan daerah-daerah lain yang dimuat dalam kitab kecil yang berisi fatwa Sulaiman az-Zuhdi al-Khalidi.



C. Tokoh-Tokoh Tarekat

           

1. Adhamiah. Syekh Ibrahim bin Adham. Suriah.

2. Alawiyah. Syekh Abul Abbas Ahmad, Aljazair.

3. Alwaniah. Syekh Alwani. Jeddah, Arab Saudi.

4. Ammariah. Syekh Ammar Bu Senna. Aljazair.

5. Asyaqiah. Syekh Hasanuddin, Turki.

6 Asyrofiah. Syekh Asyrof Rumi, Turki.

7. Babaiah. Syekh Abdul Gani Turki.

8. Bahromiah. Syekh Hajji Bahromi, Turki.

9. Bakriah. Syekh Abu Bakar Wafai, Suriah.

10. Bektasyiah. Syekh Bektasy Veli, Turki.

11. Bustamiyah. Syekh Abu Yazid al-Bustami, Iran.

12. Gozaliyah. Imam al-Ghozali. Naisabur. Irak

13. Gulsyaniah. Syekh Ibrahim Gulsyani, Mesir.

14. Haddadiah. Sayyid Abdullah al-Haddad, Arab Saudi.

15. Idrisiah. Sayyid Ahmad, Arab Saudi.

16. Ighitbasyiah. Syekh Syamsudin, Yunani.

17. Jalwatiah. Syekh Pir Uftadi, Turki.

18. Jamaliah. Syekh Jamaludin, Turki.

19. Kabrowiah. Syekh Najmuddin, Iran.

20. Qadiriah. Syekh Abdul Qadir Jiilani, Irak.

21. Kholwatiah. Syekh Umar al-Khalwati, Turki.

22. Maulawiah. Syekh Jalaludin ar-Rumi, Anatolia.

23. Murodiah. Syekh Murod Syami, Turki.

24. Naksyabandiah. Syekh Muhammad al-Bukhori,Turki.

25. Niyaziah. Syekh Muhammad Niyaz, Yunani.

26. Ni'matallohiah. Syah Wali Ni'matillah, Iran

27. Nurbakhsyiah. Syekh Muhammad Nurbakh, Iran

28. Nuruddiniah. Syekh Nuruddin, Turki

29. Rifa’iah. Sayyid Ahmad ar-Rifa'i. Irak

30. Sa’diyah. Syekh Sa'dudin al-Jibawi, Irak

31. Safawiyah. Syekh Safiuddin, Iran

32. Sanusiah. Sayyid Muhammad as-Sanusi Lebanon

33. Saqotiah. Sirriy as-Saqoti, Irak

34. Uwaisyiah. Syekh Uwaisy al-Qoroni. Yaman

35. Umm Sunaniah. Syekh Umm Sunan, Turki

36. Suhrowardiah. Syekh Abdullah as-Suhrowardi, Irak

37. Sunbuliah. Syekh Sunbul Yusuf Bulawi, Turki

38. Syamsiah. Syekh Syamsuddin, Madinah

39. Syattariah. Syekh Abdullah asy-Syattar, India


KESIMPULAN

Tarekat adalah melakukan pengamalan yang berdasarkan syari’at yang disertai dengan ketekunan dalam beribadah sehingga sampai pada kedekatan diri dengan Allah. Hal inilah yang menjadi tujuan utama dalam ber-tarekat yakni kedekatan diri kepada Allah (Taqarrub ila al Allah). Jadi, amalan tarekat merupakan sebuah amalan ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in secara turun temurun hingga kepada para ulama’ yang menyambung hingga pada masa kini.

Macam-Macam tarekat yang ada di Indonesia:

1. Tarekat Qodariyah

2. Tarekat Rifai’yah

3. Tarekat naqsyabandiyah

4. Tarekat Samaniyah

5. Tarekat Khalawatiyah

6. Tarikat al-Hadad

7. Tarekat Kholidiyahadlah



DAFTAR PUSTAKA

   Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, Hal. 184

Ibid, Hal. 185

A. Bachrun Rifa’i dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, Hal. 233

Zamakhsyari Dhofier, Tradsis Pesantren, Jakarta: LP3ES, 2011, Hal. 212

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah, 2015, Cet. Ke-03, Hal. 290


Posting Komentar

0 Komentar