KISAH NABI HUD BIN ABDULLAH 'ALAIHIS SALAM
- GENEALOGI
Hud bin Abdullah bin Ribah bin Khulud bin Ad bin Aus bin Irim bin Syam
bin Nuh. Ia menikahi seorang wanita yang bernama Melka binti Madai bin
Japeth (Yafas).
- BIOGRAFI
Nabi Hud merupakan keturunan
dari suku 'Aad (عاد), suku yang hidup di jazirah Arab, disuatu tempat
bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antaraYaman dan Oman.
Mereka adalah kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada, dan al-Haba.
Mereka termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nuh. Mereka dikaruniai
oleh Allah (الله) tanah yang subur, dengan sumber-sumber air yang
memudahkan mereka bercocok tanam. Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh
(نوح), kaum Hud, yaitu suku 'Aad tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya.
Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar dan
itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaannya dapat
memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak
kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris a.s.
(إدريس) dan Nabi Nuh a.s. (نوح) sudah tidak dijalankan lagi.
- DAKWAH
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku 'Aad
kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekitar mereka dan
bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan mengaruniakan mereka
dengan segala kenikmatan hidup. Dia-lah yang seharusnya mereka sembah
dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri. Diterangkan
oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk
membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah yang
menciptakan mereka serta menghidupkan dan mematikan mereka, memberi
rezeki atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan
menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntun mereka ke jalan
yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan
mereka bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka,
mengingatkan perihal kaum Nabi Nuh yang ditimpa azab Allah serta meminta
mereka untuk berhenti dari menyembah berhala.
Bagi kaum 'Aad,
seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan sesuatu yang tidak pernah
mereka dengar ataupun duga. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh
Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan membongkar peraturan
dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang
mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahwa seorang dari suku
mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan
menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang
mereka tidak kenal dan tidak dapat dimengerti dan diterima oleh akal
fikiran mereka.
Pembalasan Allah atas kaum 'Aad
Pembalasan Tuhan terhadap kaum 'Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mereka terhadap janji Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawaban dengan datangnya
pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan
mega hitam yang tebal diatas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai
gembira, karena mengira bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang
dan menyirami kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat
sikap kaum 'Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan
nada mengejek: Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi
kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan
Allah yang telah kujanjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan
kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud
itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin
topan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan
yang telah merusakkan bangunan rumah dari dasarnya, membawa berterbangan
semua perabotan dan harta benda serta melempar jauh binatang-binatang
ternak. Keadaan kaum 'Aad menjadi panik, mereka berlari kesana-sini,
hilir-mudik mencari perlindungan.
Adapun Nabi Hud dan para
sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana
yang menimpa kaumnya. Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah
Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum 'Aad pergilah Nabi Hud
meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, dimana ia tinggal
menghabiskan sisa hidupnya sampai iawafat dan dimakamkan di sana. Hingga
sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat
lebih kurang 50 km dari kota Siwun selalu dikunjungi para peziarah yang
datang dari sekitar daerah itu, terutama pada bulan Syaaban.
Social Plugin