SLIDE

10/recent/ticker-posts

Sepenggal kisah sejarah Etnis Tionghoa dan Laskar Pejuang Kemerdekaan Indonesia

 

Sejarah yang kita pelajari terkadang hanya berpijak pada satu sisi. Tatkala kita melangkah pada sisi sebaliknya, maka tampaklah fakta-fakta lain yang belum terungkap.

 

sejarah

Seperti halnya fakta-fakta sejarah di seputar periode Perang Kemerdekaan. Masa awal kemerdekaan menjadi sukaria b           agi kaum bumiputera. Namun menjadi petaka bagi kaum peranakan Indo-Belanda. Mereka yang tak sempat direpatriasi ke negeri Belanda harus mengalami penjarahan, penculikan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan secara brutal.

Tak kalah miris apa yang dialami oleh kaum etnis Tionghoa. Kelompok warga sipil dari etnis tersebut turut dituduh sebagai antek-antek penjajah, sehingga pantas untuk dibinasakan. Orang-orang kaya berhasil mengungsi ke luar kota bahkan keluar negeri. Sementara para warga biasa tidak tahu harus lari kemana. Mereka menjadi sasaran empuk bagi keberingasan preman-preman yang menyusup sebagai laskar pejuang bersenjata.

Di wilayah Kediri dan Nganjuk, laskar liar bergerak di luar garis komando TNI di penghujung tahun 1948. Mereka awalnya membantu TNI menumpas pemberontakan PKI di Madiun, namun sesudahnya mereka tak lagi punya pekerjaan. Maka gerombolan bersenjata itu menjadi gelap mata. Mereka mulai membakar bangunan-bangunan warisan kolonial. Kemudian berlanjut dengan menjarah toko-toko etnis Tionghoa selama berhari-hari lamanya.

sejarah1


Sebagian warga di Pecinan ada yang mulai membangkang, sehingga menyulut pertikaian antara warga sipil dengan laskar liar tersebut. Akhirnya dengan ancaman senjata, para laskar pun menculik ratusan laki-laki Tionghoa yang berusia muda dan dewasa. Mereka digiring ke pelosok hutan untuk dieksekusi secara brutal. Koran-koran Belanda mencatat sekurang-kurangnya 700 orang etnis Tionghoa di Nganjuk menjadi korban. Sementara keterangan para saksi mata menyebut hingga angka sekitar 1000 orang.

Nasib yang lebih mujur dialami oleh etnis Tionghoa di Kediri. Korban jiwa tidak sebanyak di Nganjuk, karena pada tanggal 24 Desember 1948, pasukan sekutu berhasil mencapai Kediri dan membebaskan sebagian korban penculikan yang masih selamat serta para pengungsi akibat kerusuhan tersebut. Mereka berbondong-bondong kembali dari pedalaman dengan sukaria menuju ke Kota Kediri.

Sepenggal kisah sejarah ini tidak ditulis secara resmi di buku-buku sejarah kita. Dan mungkin tidak akan pernah.

 

Posting Komentar

0 Komentar