SLIDE

10/recent/ticker-posts

PENGARUH MOTIVASI ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

 Oleh : Dinis Saskia

UIN Raden Fatah Palembang


 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

           Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tidak lepas adanya partisipasi serta bimbingan atau dukungan orang tua. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama, karena pengaruh dari orang tualah yang menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Untuk itu diperlukan usaha yang optimal dalam mencapai tujuan tersebut. Tugas utama orang tua adalah mengasuh, membimbing, memelihara serta mendidik anak untuk menjadi cerdas, pandai dan berakhlak. Selain itu orang tua harus mampu menyediakan fasilitas atau  keperluan anak dalam pembelajaran untuk mendapatkan sebuah keberhasilan, misalnya, buku-buku pelajaran. Tetapi sekarang ini banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara menddidiknya membuat seorang anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, dantidak sayang padanya. Perasaan-perasaan itulah yang membuat seorang anak prestasinya menurun, dan mempengaruhi sikap, perasaan, dan cara berfikir bahkan kecerdasannya. Anak merupakan amanat yang diberikan oleh Allah SWT, kepada orang tua. Orang tua bertanggung jawab sejak dalam kandungan, member nama anaknya yang baik, memberi perhatian dan kasih sayang, mengajari dan menyuruhnya sholat, sampai mendidik dan membuatnya menjadi manusia yang sempurna.

 

B. Permasalahan

          1.  Identifikasi Masalah

                        Berdasarkan latar belakang masalah, timbul beberapa masalah yang berkaitan     dengan prestasi belajar. Identifikasi masalahnya sebagai berikut:

a. Bimbingan orang tua sebagai faktor pendukung dalam kegiatan belajar  sebagai  suatu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.

b. Motivasi orang tua sebagai semangat anak dalam kegiatan belajar yang dapat mempengaruhi prestasi anak

c. Teladan yang baik dari orang tua yang di contoh oleh anak

d. Komunikasi yang lancar dengan anak dapat empengaruhi prestasi belajar anak

e. Kelengkapan fasilitas dalam kegiatan belajar yang ada di rumah maupun di  sekolah.

                         

         2. Batasan Masalah

                      Untuk mencapai sasaran yang ditinjau sesuai judul yang menjadi tujuan, maka perlu adanya batasan masalah. Batasan masalah ini adalah:

                        a. Bimbingan orang tua dalam belajar.

 b.Motivasi orang tua sebagai semangat belajar anak.

 c. Teladan yang baik dari orang tua.

 d. Komunikasi yang lancar dengan anak.

                          e. Fasilitas belajar menjadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

         3. Rumusan Masalah

                                     Merujuk padaa latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:

                         a. Bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anak?

b. Adakah pengaruh motivasi orang tua terhadap prestasi anak?

c. Adakah pengaruh teladan yang baik dari orang tua terhadap prestasi belajar anak?

d. Adakah pengaruh komuikasi yang lancar dengan anak dapat mempengaruhi prestasi belajar anak?

                        e. Adakah pengaruh fasilitas belajar anak terhadap prestasi anak?

 

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

             1. Tujuan

              Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di paparkan, maka          tujuan penelitian adalah:

                                  a. Ingin mengetahui bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan prestasi anak.

                                  b. Ingin mengetahui pengaruh fasilitas belajar anak terhadap prestasi anak.

             2. Manfaat

                       Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

                              a. Untuk mengetahui peran orang tua terhadap prestasi belajar anak.

b. Untuk mengetahui pengaruh motivasi orang tua terhadap prestasi belajar anak.

c. Untuk mengetahui pengaruh teladan yang baik dari orang tua terhadap prestasi belajar anak

d. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi yang lancar dengan anak terhadap prestasi belajar anak.

    e.Untuk mengetahui pengaruh fasilitas belajar anak terhadap prestasi anak.

                                  f. Untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah Penulisan Karya Tulis Ilmiah

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

 

  A. Tinjauan tentang Peranan

                               Peran menurut Soekanto (2012:212) adalah “serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi social yang diberikan baik secara formal maupun secara informal”. Posisi sosial  yang dimaksud adalah posisi yang dimiliki seseorang di suatu tempat untuk melakukan sesuatu pada orang lain. Peran ini diberikan secara formal sepeti yang dijadikan kepala sekolah maka posisi sosialnya adalah mengepalai sekolah untuk menjalankan  berbagai peranannya. Peran diberikan  secara informal seperti orang tua yang melakukan serangkaian perilaku yang diharapkan kepada anaknya.

                            Dari pendapat diatas jadi peranan merupakan suatu pola tingkah laku yang diaanggap dilakukan seseorang untuk memantapkan kedudukannya. Peranan orang tua adalah suatu pola tingkah laku atau tindakan yang seharusnya dilakukan oleh orang tua untuk memantapkan kedudukannya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak.

                 B. Tinjauan tentang Peran Orang Tua

                                Menurut Patmonodewo (2008:123) “orang tua dalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya”. Mitra kerja yang dimaksud adalah tugas atau peran orang tua untuk mendukung kegiatan yang aadaa di sekolah dan memantaunya di rumah. Partisipasi orang tua juga berguna untuk meningkatkan prestasi anak baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu usaha guru dalam mendidik akan lebih efektif apabila orang tua ikut berperan dalam pendidikan tersebut. [1]

C. Tinjauan tentang Prestasi Belajar

1.  Pengertian Belajar

         Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil  dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah sutu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. [2]

              2. Pengertian Prestasi Belajar

           Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau perguruan tinggi kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengkuran dan penilaian. [3]

                     Prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut:

 a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai anak ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

b. Prestasi belajar anak tersebut terutama dinilai aspek koognitifnya karena yang bersangkutan dengan kemampuan anak dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.

c. Prestasi belajar anak dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas anak dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.[4]

            Prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

         Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetatpka dalam sebuah program dilakukan dengn cara evaluasi atau penilaian. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut Tardif 1989 berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan. Selain kata evaluasi dan assessment adapula kata lain yang searti dan relative lebih masyhur dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan. [5]

    D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Anak

         Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi duaa golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Yang termasuk faktor intern seperti, faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

         1. Faktor Intern

                a. Faktor Jasmani

                     1). Faktor Kesehatan

 Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

                             Proses belajar anak akan terganggu jika kesehatan anak terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, krang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan dan kelainan fungsi alat inderanya serta  tubuhnya.

2). Cacat Tubuh

          Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

          Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, dan lain-lain.

          Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Anak yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangipengaruh kecacatannya itu.

                            b. Faktor Psikologis

                                    1). Inteligensi

          Inteligensi adalah kecakapan  untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif.

          Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, anak akan mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun begitu anak yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah satu faktor di antara faktor yang lain.

2). Perhatian

          Agar anak dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaaan itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

 

 

3). Minat

          Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat anak, anak tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak adaa daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Pelajaran yang menarik minat anak, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

          Jika terdapat anak yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar iaa mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

4). Bakat

          Jika bahan pelajaran anak sesuai dengan bakatnya, maka hasil beljarnya lebih baik karena ia sengang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya itu.

                             b. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetatpi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani  (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul  kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan keboanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada baagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

Agar anak dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

                 2. Faktor Ekstern

a. Faktor Keluarga

          1). Cara Orang Tua Mendidik Anak

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadaap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan pernyataannya yang menyatakan bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,, Negara, dan dunia. Melihat pernyataan di atas, betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajrnya.

Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali  akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajrnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajranya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak kurang berhasil ddalam belajarnya.  Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tiak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalm belajarnya dan akhirnya anak malas belajar.

2). Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atai kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anaak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Susana rumah yang ramai tidak akan member ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat  terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya.

Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik. 

b. Faktor Sekolah

1). Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada anak. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar anakmenerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi beljar anak. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.

2). Tugas Rumah

Waktu belajar terutama adalah disekolah, di samping untuk belajar waktu belajar di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak member tugas yang harus di kerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan lain.

 

c. Faktor Masyarakat

1). Kegiatan Anak Dalam Masyarakat

Kegiatan anak dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika anak ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

2). Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul anak lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berepngaruh baik terhadap diri anak, begitu  juga sebaliknya, teman bergaul yng jelek pasti berpengaruh yang bersifat buruk juga.

Agar anak dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar anak memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang bik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.[6]

           Baik buruknya situasi proses belajar dan tingkat pencapaian hasil proses instrksional itu pada umumnya bergantung pada faktor-faktor yang meliputi: 1) karakteristik siswa, 2) karakteristik guru, 3) interaksi dan metode, 4) karakteristik kelompk, 5) fasilitas fisik, 6) mata pelajaran, dan 7) lingkungan alam sekitar. [7]

     E. Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

          1. Membimbing Anak Belajar

         Sejak zaman dahulu, orang tua mengharapkan seorang anak yang sukses. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, dalam menjalankannya ada yang berhasil ada juga yang tidak. Orang tua berperan sebagai pembimbing.

                         Bimbingan adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bimbingan tersebut harus dilakukan oleh orang tua, karena orang tua adalah lingkungan hidup pertama yang mempengaruhi jalan hidup anak. Keluarga adalah lingkungan sosial terkecil tetapi peranannya sangat besar.

                          Dalam mendapatkan sebuah prestasi kegiatan yang wajib dilaksanakan anak adalah belajar. Dalam hal ini orang tua sangat berperan penting, karena orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memotivasi anak dalam belajar serta membimbingnya. Dalam hal tesebut maka akan menjadikan anak untuk memperhatikan apa yang harus dikerjakannya. Karena orang tuanya selalu memperhatikan apa yang harus dipelajarinya.

                          Dalam kegiatan tersebut orang tua harus mengetahui pertumbuhan anak. Dengan tersebut, maka orang orang tua akan mudah mengetahui tingkatan yang harus dipelajari anak. Selain itu kita harus mampu mebuat kenyamanan dalam proses belajar.

                          Bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan, karena dengan bimbingan tersebut orang tua dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan yang dihadapi anak. Seperti yang telah dijelaskan bahwa orang tua mempunyai peranan besar, yaitu mendidik, membimbing, menyediakan sarana dan prasarana belajar serta memberikan tauladan yang baik kepada anak-anaknya.

                           Bimbingan orang tua juga sangat berepran penting untuk mengikatkan motivasi belajar. Dengan motivasi tersebut maka seorang anak dapat menunjukkan bakat serta ikut berpartisipasi dalam pendidikan.

                           Dalam membimbing dan mendidik anak orang tua tidak boleh memastikan keberhasilannya, karena hal itu dapat menjadikan anak tidak berhasil. Namun, apabila orang tua mendidiknya dengan kasih sayang, perhatian, dan membolehkan kegagalan malah dapat menjadikan keberhasilan anak. Karena pada dasarnya jika seorang anak dipaksa maka anak itu akan memberikan penolakan, rasa marah, dan benci.

                         Selain itu jika seorang anak diperlakukan dengan sikap orang tua yang tidak berlebihan dalam memberikan perhatian, maupun aturan, maka akan membuat anak merasa dirinya dipercaya, dan dihargai serta tidak tertekan dan akan mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan tugasnya khususnya belajar.

                          Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut pasti berbeda anatara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola dan caraa tersebut merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pembimbingan.

                        Adapun hal-hal yang diberikan orang tua dalam membimbing anak adalah memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap anaknya. Dengan hal-hal tersebut maka akan diharapkan semangat belajar anak naik dan menjadikan prestasi yang unggul.

                 2. Memberikan Dorongan (Motivasi)          

        Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikeendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

        Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan dan dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal:

a. Mengetahui apa yang akan dipelajari, dan

b. Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

        Dengan berpijak pada dua unsure motivasi inilah sebagai dasar perulaan yang baik untuk belajar. Sardiman mengemukakan bahwa da tiga motivasi sebagai berikut:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan di kerjakan

2. Menentukan arah perbuatan, dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus ddikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

        Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah antara lain member angka, hadiah, saingan atau kompetisi, mengetahui hasil belajar, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, dan tujuan yang diakui.

3. Memberi Teladan yang Baik

         Ahli-ahl ilmu jiwa dan sosiologi sudah jelas mengetahui, bahwa sebegitu jauh tenaga yang paling potensial untuk membuat anak-anak itu menjadi makhluk sosial, ialah dengan mengamati apa yang diperbuat orang lain, istimewa orang tua. Charles Schaefer menyatakan teladan adalah yang berhunumham dengan contoh teladan dari orang tua untuk anak-anak, dengan perbuatan dan tindakannya sehari-hari. Anak-anak adalah peniru yang terbesar di dunia. Mereka terus-menerus meniru apa yang mereka dengar.

        Secara sosiopsikologi, keluarga berfungsi sebagai berikut:

a. Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya,

b. Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis,

c. Sumber kasih sayang dan penerimaan,

d. Pemberi bimbingan bagi perkembangan perilakunya secara sosial yang dianggap tepat,

e. Pembantu anak dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalm rangka menyesuaikan diri terhadap kehidupan,

f. Pembimbing dlam mengembangkan aspirasi, dan

g. Sumber persahabatan (teman bermain) anak, sampai mencapai cukup usia utuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila pesahabatan di luar tidak memungkinkan.

           Untuk itu selaku orang tua harus dapat menjadi figur yang patut ditiru oleh anak-anaknya atau menjadi teladan bagi anak-anaknya. Ayah dan ibu sebagai pendidik bertugas untuk terus-menerus mendidik mengamat dan berupaya meneladani perilaku yang baik dalam menjalankan tugasnya. Upaya-upaya tersebut akan mengarahkan anak dan seluruh keluarga menyadari tujuan hidupnya, menyadari apa yang diharapkan oleh lingkungannya, dengan menumbuhkan cara-cara memainkan peran dalam mletakkan aspirasi dalam cita-cita bangsanya, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

4. Komunikasi yang Lancar dengan Anak

           Komunikasi yang efektif dengan anak disebut komunikasi dialogis. Komunikasi dialogis dilakukan dengan dialog-dialog yang penuh kehangatan dan keakraban dengan anak-anak. Dengan komunikasi dialogis, dunia anak dapat dibaca oleh orang tua sehingga mereka dapat menjelaskan pada anak tujuan yang diinginkan untuk kepentingan. Orang tua dapat menjelaskan tujuan untuk diterima secara rasional oleh anak. Anak yang menerima dapatng mengapresiasi upaya orang tua.

           Komunikasi anatara orang tua dengan anak yang menggunakan bahasa yang sopan serta penuh keramahan. Dengan komunikasi tersebut, mereka yang terlibat di dalamnya dapat saling menghadirkan diri dan mempertautkan diri sehingga memudahkan anak untuk berimitasi dan mengidentifikasi dirinya. Begitu juga halnya dalam kegiatan belajar, oang tua hendaklah selalu berkomunikasi dengan anak guna mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam belajar.

5. Memenuhi Kelengkapan Belajar Anak

           Adanya kelengkapan belajar anak di rumah sangatlah mempengaruhi hasil belajar anak di sekolah. Dan siapapun akan sependapat bahwa fasilitas dan perabot belajar ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kelengkapan belajar anak di rumah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelengkapan belajar yang bersifat materil, seperti, buku-buku pelajaran, ruangan belajar, alat-alat tulis, meja belajar, dan kursi.

           Orang tua yang tidak menyediakan atau melengkapi alat belajar dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Pelaksanaan pendidikan seorang anak harus mempunyai buku-buku, pakaian, uang belajar, alat tulis menulis dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut orang tua harus dengan segala upaya menyediakan kebutuhan tersebut agar anak bisa belajar dengan baik. Fasilitas belajar yang menunjang akan menentukan hasil belajar siswa.

           Orang yang belajar tanpa dibantu dengan fasilitas tidak jarang mendapatkan hambatan dalam menyelesaikan kegiatan belajar. Fasilitas belajar tidak bisa diabaikan dalam masalah belajar,. Fasilitas belajar yang dimaksud tentu saja berhubungan dengan masalah materil berupa kertas, pensil, buku catatan, meja dan kursi. [8]

 

F. HASIL PENELITIAN

        Menurut Ibu Eli Marlinda seorang Ibu Rumah Tangga ia memberi bimbimbingan terhadap anaknya dengan cara menyuruh anaknya mengikuti les privat dan diulang lagi belajar dirumah. Motivasi yang ia berikan terhadap anaknya ialaah dengan member tahu anaknya kalau pendidikan itu sangat penting karena dengan banyak nya ilmu yang diperoleh tidak akan membuat kita menyesal di kemudian hari dan bisa menikmati nya di hari tua. Ibu Eli memberikan teladan kepada anaknya supaya disiplin dalam belajar dan ia juga selain ibu untuk nya dia jug menjadi teman bagi sang anak. Ibu eli selalu menanyakan tugas apa yang diberikan oleeh guru di sekolah dan selalu menanyakan apakah ada tugas rumah karena menurut Ibu Eli itu adalah salah satu bentuk komunikasi yang lancar dengan anak. Ia selalu melengkapi fasilitas penunjang belajar bagi anak-anaknyaa  mulai dari buku, alat tulis, handphone sebagai sarana belajar dan ruangan untuk anak belajar. Dengan cara itulah bisa meningkatkan hasil belajar anak dan selalu membuat anak semangat untuk belajar.

        Menurut Ibu Yossy Andriani seorang Wiraswasta ia memberikan bimbingan terhadap anaknya dengan cara memberikan semangt agar anak lebih giat untuk belajar dan juga selalu melihat perkembangan belajar anak setiaap  hari. Contohnya, dengan memberikan waktu belajar di rumh maksimal 30 menit setiap hari. Ia juga memberikan motivasi dengan memberitahu kepada anak dengan ilmu apapun yang kita inginkan tau yang dicita-citakan bisa tercapai dan juga dengan memberikan hadiah terhadap prestasi yang didapat dengan tujuan agar anak lebih giat lagi dalam belajarnya. Ia juga menjadi sosok figure seorang teman yang patut dijadikan contoh untuk anaknya baik daari segi perilaku maupun akhlak. Dan juga  selalu menanyakan kepada anaknya apa yang menjadi kesulitannya dalam belajar. Ibu Yossy juga selalu  melengkapi semua fasilitas yang menjadi penunjang untuk anak belajar. Bahwa dengan orang tua ikut berperan aktif dalam setiap belajar anak dapat lebih meningkatkan prestasi anak untuk lebih bersemangat lagi dalam belajar dan lebih mudah untuk mendapatkan prestasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

         orang tua dalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya”. Mitra kerja yang dimaksud adalah tugas atau peran orang tua untuk mendukung kegiatan yang aadaa di sekolah dan memantaunya di rumah. Partisipasi orang tua juga berguna untuk meningkatkan prestasi anak baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu usaha guru dalam mendidik akan lebih efektif apabila orang tua ikut berperan dalam pendidikan tersebut. Dan Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi duaa golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Yang termasuk faktor intern seperti, faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

 

B. Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Kepada orang tua disarabkan agar lebih memberikan perannya dalam mengajaran atau menguang materi pelajaran anak di rumah.

2. Kepada para anak agara dapat memanfaatkan waktu, sarana dan pra sarana pembelajaran yang ada dengan baik agar prestasi belajarnya menjadi lebih baik lagi.

3. Untuk paraorang tua agar lebih meneliti mengenai peranan orang tua dalam membantu guru menjalankan peranannya untuk meningkatkan prestasi belajar anak.

 

DAFTAR PUSTAKA

www.uin-suska.ac.id

Slameto,2010.  Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Tulus Tu’u, 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

Muhibbin Syah, 2014. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya


[1] www.uin-suska.ac.id

[2] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. 2010, hlm 2

[3] Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo. 20004, hlm 75

[4] Tulus Tu’u, Ibid, hlm 75

[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014 hlm 139

[6] Slameto, Op.Cit, hlm 54

[7] Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm 248

[8] Slameto, Op,Cit, hlm 61

Posting Komentar

0 Komentar