KISAH 25 NABI DAN RASUL
KISAH NABI MUSA BIN IMRAN 'ALAIHIS SALAM.
1. KELAHIRAN
Sebelum Musa lahir, seluruh anggota keluarga Ya'qub tinggal
sebagai masyarakat pendatang sejak masa nabi Yusuf berkuasa di negeri Mesir.
Selama masa kekuasaan ini pula, Bani Israel dilimpahi banyak kemudahan hidup
oleh nabi Yusuf. Akan tetapi keadaan mulai berubah sepeninggal Yusuf, oleh
sebab raja yang menggantikan Yusuf tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman
hidup dengan bangsa Bani Israel. Bangsa ini diperbudak oleh Mesir lantaran
Fir'aun pada zaman itu merupakan raja yang zalim serta memecah belah rakyatnya
melalui tindakan menindas kalangan yang dipandang lemah, bahkan membunuh
anak-anak laki kalangan itu pula.
Tatkala Fir'aun mendapati sebuah mimpi yang mengguncangkan;
panglima serta ahli tafsir mimpi bernama Haman menafsirkan mimpi tersebut
sebagai pertanda buruk bagi kekuasaan Fir'aun; bahwa akan ada seorang anak
laki-laki dari Bani Israel yang kelak menjadi seorang laki-laki gagah perkasa
yang perkataannya sanggup mengguncang seisi bumi bahkan sanggup mencapai langit
ketujuh; serta kelak memimpin golongan pengikutnya melawan kekuasaan Mesir lalu
ia membawa berbagai kehancuran hebat di negeri Mesir; juga para pengikut orang
tersebut akan mengangkut harta kekayaan yang berlimpah, dengan dibantu kekuatan
dahsyat milik Musuh bangsa Mesir yang kemudian menumpas seluruh kaum pemuka
bangsa Mesir. Fir'aun beserta seluruh pemuka kaumnya merasa ketakutan bahwa
penafsiran mimpi itu benar-benar menjadi nyata. Pada saat bersamaan, jumlah
lelaki di Bani Israel bertambah pesat sehingga para pengikut Fir'aun tidak bisa
memperkirakan siapakah anak yang diramalkan itu. Maka diadakan sebuah perintah
keji di Mesir bahwa seluruh anak laki-laki yang baru lahir harus dibunuh,
sedangkan seluruh anak perempuan yang baru lahir boleh dibiarkan hidup.
Namun terdapat seorang bangsawan di istana Fir'aun yang
menyarankan supaya tidak berupaya melawan ketetapan tersebut melainkan tunduk
menjadi pengikut orang Bani Israel tersebut, agar seisi istana Fir'aun tidak
turut dilenyapkan. Walaupun demikian, Fir'aun justru berlaku sombong serta
sewenang-wenang mendakwakan diri sebagai dewa atas bangsa Mesir seraya
menyatakan: "Haruskah dewa sehebat diriku tunduk berpasrah terhadap
seorang manusia dari kalangan yang diperbudak oleh kita sendiri?" akibat
kesombongan ini, Fir'aun membujuk para pengikutnya melaksanakan perintah keji
itu.
Mendengar kabar tentang perintah keji Fir'aun, Imran merasa
sangat gelisah tentang keselamatan anak yang dikandung Yukhabad, istrinya.
Kedua anak Imran; Harun dan Miryam, memberi tanggapan tentang kejadian ini;
Miryam sebagai seorang nabi wanita, mendapati pertanda nubuat bahwa seorang
anak laki-laki akan dilahirkan ibunya dan anak itu akan mengalami kejadian
hebat dalam perairan, sehingga Miryam menyarankan supaya anak tersebut
diletakkan ke sebuah perairan atau sungai oleh sebab Miryam meyakini akan ada
keajaiban Allah yang akan menyelamatkan anak itu menghadapi air. Akan tetapi
Imran merasa khawatir bahwa nubuat yang disampaikan oleh putrinya itu tidak
terwujud. Harun, yang juga merupakan seorang nabi, menyampaikan saran supaya
sang ibu ditempatkan di tempat yang aman, supaya anak tersebut dapat dilahirkan
dalam keadaan tenang sementara seluruh anggota keluarga yang lain berpuasa dan
berdoa secara bersungguh-sungguh demi keselamatan anak tersebut kemudian mereka
harus berpasrah menyerahkan nasib anak tersebut kepada Allah, oleh sebab Harun
meyakini bahwa Allah sanggup menghadirkan sesosok malaikat yang selalu
menyertai anak tersebut supaya kembali di tengah-tengah mereka dalam keadaan
selamat. Imran merasa tentram ketika mendengar ucapan bijaksana Harun. Setelah
itu, Imran menempatkan Yukhabad bersama Miryam di sebuah gua supaya tetap
berlindung hingga hari bersalin.
Setelah Yukhabad melahirkan seorang anak laki-laki; tepat
sebagaimana pertanda yang telah diperoleh Miryam, ia merasa sangat bahagia
sekaligus tak tega apabila harus menyerahkan putranya kepada kaum Fir'aun.
Miryam merasa bergembira bahwa pertanda nubuat yang diperoleh merupakan
kebenaran lalu Miryam bersegera memberitahu ayahnya dan Harun, supaya berdoa
demi keselamatan anak laki-laki ini. Sementara itu, Yukhabad berada dalam
kegelisahan antara menyerahkan sang putra kepada pemuka kaum Fir'aun atau
menuruti anjuran Miryam untuk menempatkan sang anak dalam perairan, Yukhabad
berdoa seraya menangis untuk menentukan nasib anaknya. Maka Allah mewahyukan
kepada Yukhabad, supaya menenangkan diri lalu meletakkan anak tersebut ke dalam
sebuah tabut kemudian menempatkan tabut itu menuju sebuah sungai seraya
mempercayakan nasib anak tersebut kepada Yang Maha Melindungi. Yukhabad
menempatkan sang anak dalam sebuah tabut yang ia temukan lalu melepas tabut itu
seraya berdoa: "Semoga Allah memperdengarkan FirmanNya kepada dirimu, wahai
putraku, sebagaimana Dia menyampaikan penentraman untuk ibumu. Semoga Allah
mendengar perkataanmu wahai putraku, kiranya kelak engkau menyampaikan
penentraman untuk Dia; sehingga engkau berkenan untuk Dia; dan semoga kelak
engkau kembali kepada keluargamu dalam keadaan selamat..."
Yukhabad mengakui bukti kebenaran pertanda nubuat Miryam lalu
menyuruh gadis itu mengikuti kemana tabut akan menepi. Miryam pun mendapati
dari kejauhan bahwa istri Fir'aun sedang menarik tubuh adiknya dari perairan
seraya wanita itu berkata "Musa, Musa." Miryam menduga hal ini
merupakan pertanda buruk sehingga ia khawatir tentang keselamatan Musa. Miryam
bersegera mendekat ke tengah kerumunan wanita yang hendak menyusui Musa, supaya
memastikan apa yang akan terjadi pada sang adik. Tatkala Musa tidak mau
menerima penyusuan dari siapapun; Miryam menyadari bahwa hal ini merupakan cara
Allah untuk mengembalikan Musa ke ibu kandungnya, kemudian Miryam menawarkan
bantuan supaya menghadirkan seorang wanita yang sanggup menyusui Musa. Ketika
Yukhabad dipertemukan kembali dengan anaknya, perasaan sang ibu menjadi lega
dan bersyukur bahwa Allah telah memenuhi janji tentang Musa; sehingga Yukhabad
dapat mengasuh Musa, putra kandungnya.
Setelah beberapa waktu, Musa dijadikan sebagai anak angkat
oleh istri Fir'aun serta Musa bergelar seorang pangeran negeri Mesir. Ia
belajar di istana Mesir untuk mewarisi Ilmu-Ilmu khusus beserta Hikmah-Hikmah
berharga yang ditinggalkan Nabi Yusuf, salah seorang putra Nabi Ya'qub, yang
sebelumnya menjadi penguasa di negeri Mesir. Musa secara mudah menyerap
berbagai Ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba pilihan Allah. Musa tidak
seperti para pemuka kaum Fir'aun yang tidak mengimani Allah sehingga kaum
pemuka Fir'aun mengalami kesulitan untuk memahami peninggalan berharga ini.
Mewarisi Hikmah-Hikmah Yusuf, sosok Musa yang masih muda memiliki kebijaksanaan
mengungguli kaum tetua di Mesir.
Seisi istana Fir'aun merasa heran terhadap Musa yang sanggup
menyingkapkan berbagai perkara rumit sebagaimana kemampuan istimewa nabi Yusuf,
sehingga Fir'aun mulai menduga bahwa Musa merupakan anak laki-laki yang pernah
diramalkan. Akan tetapi salah seorang pemuka dalam kaum Fir'aun menyatakan
bahwa perlu ada pembuktian tentang kebenaran dugaan itu sebab anak yang
diramalkan adalah seorang anak yang memiliki suara yang dapat mengguncangkan
bumi bahkan mencapai langit ketujuh. Pemuka itu menyuruh Musa menyerukan
perkataan bijaksana yang sanggup mengguncang bumi. Tatkala Musa menyerukan
ucapan, kaum yang tidak beriman itu tidak sanggup memahami ataupun menjawab
penjelasan Musa; dan mereka menganggap Musa sebagai orang aneh yang ucapannya
tidak lancar. Musa tidak lagi dihadirkan di tengah-tengah para pemuka kaum
Fir'aun sebab merasa malu apabila Fir'aun yang telah mengaku dewa kemudian
dipimpin oleh Musa, berbeda dengan Raja Mesir terdahulu yang bersedia dipimpin
oleh Yusuf.
MELARIKAN DIRI DARI NEGERI MESIR
Sebagai seorang yang berkedudukan di negeri Mesir, Musa
berhak pergi kemanapun ia kehendaki di wilayah Mesir, termasuk ketika Musa
mengunjungi wilayah Mesir yang ditempati Bani Israel. Ia terkejut mendapati
Bani Israel diperlakukan secara sewenang-wenang di negeri Mesir. Tatkala
mendapati seorang Mesir memukul seorang dari kalangan Bani Israel, Musa segera
mendekat dan mempertanyakan tindakan orang Mesir itu. Orang Mesir menjawab
bahwa seluruh Bani Israel adalah kaum budak sehingga boleh diperlakukan
sekehendak hati; seketika Musa membantah dengan menyatakan bahwa Bani Israel
adalah golongan pewaris hamba-hamba pilihan Allah. Lalu orang Mesir itu
menertawakan Musa seraya menantang sebuah bukti kebenaran hukuman Allah akibat
pemukulan kepada seorang hamba Allah, jika benar bahwa Bani Israel memang
golongan hamba Allah. Musa yang dipenuhi amarah menyatakan bahwa Allah akan
membalaskan penindasan terhadap Bani Israel melalui tangannya. Sebagai balasan
setimpal akibat pemukulan terhadap seorang dari kalangannya, Musa memukul orang
Mesir; yang tanpa diduga menyebabkan kematian orang Mesir tersebut.
Musa merasa terkejut melihat hal ini karena ia telah memukul
seseorang walaupun tidak memiliki niat membunuh orang itu. Ia menguburkan orang
Mesir itu lalu berlari sambil memohon pengampunan serta memohon perlindungan
kepada Allah terhadap persoalan ini. Keesokan harinya Musa kembali mendapati
dua orang berkelahi; keduanya sama-sama berasal dari Bani Israel. Musa
menyalahkan kedua orang itu, namun salah seorang dari keduanya menyatakan telah
mengetahui tindakan Musa sehari sebelumnya, Musa pun merasa cemas dan berusaha mencari
perlindungan. Tatkala seisi Istana Mesir mendengar kabar ini, mereka
memperdebatkan tentang hukuman untuk Musa dalam beberapa waktu sehingga Allah
menyelamatkan Musa menghadapi persoalan ini. Sewaktu ketetapan terhadap Musa
telah diputuskan; salah seorang dari kalangan Musa yang mendengar keputusan ini
segera berlari menjumpai Musa supaya dapat meluputkan diri terhadap hukuman
kaum Fir'aun.
Musa berdoa seraya memohon perlindungan terhadap kaum Fir'aun
dalam kepergiannya. Tatkala ia sampai di negeri Madyan, Musa mendapati dua
orang perempuan sedang menggembalakan ternak. Ketika mengetahui bahwa mereka
berdua sedang menunggu untuk memberi minum ternak, Musa membukakan sebuah sumur
air sehingga ternak itu dapat minum. Tatkala Musa merasa letih akibat perjalanan
meninggalkan Mesir, ia berdoa memohon pertolongan Allah. Tak lama kemudian Musa
mendapati seorang perempuan yang telah ia bantu; perempuan itu mendekat dan
bertanya tentang diri Musa, Musa menyatakan bahwa ia datang dari Mesir,
kemudian Musa diundang ke rumah ayah perempuan itu yakni Yitro; sebab sang ayah
hendak memberi hadiah kepada orang yang membantu menggembalakan ternaknya.
Tatkala Musa sampai di rumah sang ayah dari perempuan itu,
Musa memperkenalkan diri dan menceritakan permasalahan yang dihadapinya. Yitro
menenangkan Musa seraya berkata "Jangan khawatir sebab kamu telah selamat
menghadapi orang-orang zalim itu." Mendapati kekuatan tubuh Musa dan
pribadi yang terpercaya untuk menggembakan ternak; perempuan itu menyarankan
kepada sang ayah supaya menjadikan Musa sebagai penggembala yang bekerja untuk
keluarga mereka. Yitro menyadari pula bahwa perempuan-perempuan tak seharusnya
bekerja sebagai penggembala; maka Yitro berencana memberikan salah seorang
putrinya untuk Musa, dengan syarat bekerja menggembalakan ternak selama delapan
tahun, Yitro mengizinkan apabila Musa hendak menggenapi masa bekerja menjadi
sepuluh tahun. Musa bersedia menyanggupi persyaratan ini, dan ia berjanji
kepada Yitro; kemudian Musa dinikahkan dengan anak perempuan Yitro. Selama
tinggal di negeri Madyan, Musa memperoleh dua putra.
3. PENGUTUSAN KE NEGERI MESIR
Panggilan Ilahi kepada Musa
Tatkala telah menyelesaikan persyaratan yang disepakati
dengan Yitro; Musa bersama keluarganya berangkat meninggalkan negeri Madyan. Pada
sebuah malam, Musa berjalan sambil membawa sebuah tongkat lalu ia mendapati
sebuah perapian di lereng Gunung Sinai, sedangkan anggota keluarga yang lain
tidak mendapati apapun di lereng gunung itu. Musa meminta keluarganya berhenti
sejenak dalam perjalanan supaya ia dapat memastikan api apakah itu ataupun
supaya ia dapat mengambil sesuluh api untuk penghangat tubuh. Ketika Musa
mencapai lereng itu, ia mendapati suara yang memanggil: "Wahai Musa,
sesungguhnya Akulah Tuhanmu Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Bahwa telah
diberkahi orang-orang yang berada di dekat api itu, maupun yang berada di
sekitarnya; maka hendaklah kamu lepaskan kedua terompahmu itu; sebab kamu
berada di sebuah tempat yang kudus, Thuwa, dan Akulah yang memilih dirimu untuk
DiriKu; maka hendaklah kamu memperhatikan hal-hal yang akan diwahyukan:
Bahwasanya Akulah Allah, Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikan
sembahyang untuk mengingat Aku. Sesungguhnya Hari Kiamat itu pasti akan
terlaksana; Aku merahasiakan itu supaya tiap-tiap diri dibalas sesuai yang ia
usahakan; maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan mengenai perkara ini oleh
orang yang tidak beriman maupun oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya
sendiri, yang dapat menyebabkan dirimu menjadi celaka."
Tatkala Musa tidak berani mendekat, Allah berfirman kepada
Musa; "Apakah itu yang di tangan kananmu, wahai Musa?" Musa berkata:
"Ini adalah tongkatku, aku bersandar padanya, dan aku menggugurkan
dedaunan mempergunakan alat itu supaya dapat memberi makan ternakku, dan ada
lagi kegunaan yang lain padanya." Allah berfirman: "Lemparkan itu,
wahai Musa!" tatkala tongkat itu dilemparkan, tiba-tiba benda itu menjelma
sebagai seekor ular yang merayap secara gesit, seketika Musa berbalik menjauh,
Allah berfirman: "Peganglah itu dan jangan takut; sebab kamu termasuk
orang-orang yang terlindungi, bahwasanya orang yang dijadikan Utusan tidak
takut di hadapan Aku; namun orang yang berlaku zalim kemudian kezaliman itu
diganti dengan kebaikan, ketahuilah bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang." maka Allah akan mengembalikan ular itu menjadi keadaan semula.
Allah memerintahkan Musa mendekapkan tangan ke dada niscaya tangan Musa tampak
putih cemerlang tanpa celah, sebagai dua mukjizat dari Allah, supaya Allah
perlihatkan melalui diri Musa sebagian Bukti Kekuasaan yang luar biasa.
Allah berfirman kepada Musa: "Menghadaplah kepada
Firaun; sebab ia telah bertindak sewenang-wenang, dan ucapkan:
"Bersediakah kamu untuk memurnikan diri supaya kamu kubimbing menuju Jalan
Tuhanmu agar kamu takut terhadap Dia?" serta menghadaplah kepada kaum yang
berlaku sewenang-wenang itu; kaum Fir'aun, mengapakah mereka tidak bertakwa?"
Musa merasa terkejut karena ia telah menerima perintah secara
langsung dari Allah sendiri bahkan ia diizinkan untuk mendengar Suara Allah
secara nyata. Meskipun demikian, Musa masih merendah diri dan menyatakan
dirinya tidak layak untuk tugas semacam ini, terlebih Musa masih belum dapat
melupakan kesalahannya berkenaan dengan kematian seorang Mesir. Musa berkata:
"Wahai Tuhanku sungguh aku pernah membunuh seorang manusia yang termasuk
golongan mereka, maka aku khawatir mereka akan membunuh diriku; dan sungguh aku
khawatir mereka akan membantah diriku sehingga dadaku sempit dan ucapanku tidak
lancar, maka utuslah Harun, saudaraku, ia lebih fasih ucapannya dibanding
diriku; sehingga utuslah Harun mengiringi diriku sebagai rekanku untuk membantu
diriku." Allah menyatakan bahwa Dialah yang akan membantu Musa serta
saudaranya itu, dan Allah berikan kepada mereka berdua kekuasaan yang besar
sehingga kaum Fir'aun tidak dapat berbuat apapun terhadap Musa dan Harun,
supaya mereka berdua membawa berbagai mukjizat Allah, bahwa orang-orang yang
mengikuti Musa merupakan kubu yang berjaya. Allah memerintahkan pula supaya Musa
dan Harun tidak khawatir tatkala pergi dengan membawa mukjizat-mukjizat Allah;
sebab Allah yang menyertai mereka berdua dan Allah Maha Mendengarkan doa
hamba-hambaNya.
Setelah menerima tugas pengutusan, Musa bersegera
menyampaikan hal ini kepada keluarganya. Musa menjelaskan bahwa ia harus pergi
ke Mesir untuk memenuhi sebuah perintah yang secara khusus Allah sampaikan
kepada dirinya di Gunung Sinai. Mereka pun kembali ke rumah Yitro, dan
berpamitan untuk berangkat ke Mesir. Musa mendapati Harun sewaktu sampai di
wilayah negeri Mesir, Harun berbahagia sebab masih dapat berjumpa dengan Musa
dalam keadaan selamat, sebab Harun mengkhawatirkan keadaan Musa sejak kepergian
dari istana Mesir, Harun menyampaikan rasa kegelisahannya tentang kaum Fir'aun
yang menindas Bani Israel. Walaupun demikian, Musa menentramkan kakaknya seraya
menyampaikan kabar gembira bahwa Allah telah menyertai dirinya selama ia
tinggal di negeri Madyan serta ia memperoleh dua putra darisana dan bahwa Allah
telah memanggil ia untuk menerima pengutusan menghadap kepada Fir'aun, Musa
juga menyampaikan bahwa Allah telah mengabulkan permohonan agar Harun
diperkenan sebagai rekan Musa sewaktu menghadap kepada Fir'aun.
Musa dan Harun menghadap kepada Fir'aun
Ketika hendak menghadap kepada Fir'aun, Musa memohon
perlindungan kepada Allah, Musa berdoa: "Wahai Tuhanku, lapangkan dadaku
untuk diriku, dan mudahkan urusanku untuk diriku, dan lepaskan kekakuan lidahku
supaya mereka mengerti ucapanku serta jadikan untuk diriku, seorang pengiring
dari kalangan keluargaku yaitu Harun, saudaraku; teguhkan kekuatanku bersama
dirinya dan teguhkan ia sebagai rekan dalam perjuanganku supaya kami banyak
mengagungkan Engkau, dan banyak mengingat Engkau; sungguh Engkaulah Yang Maha
Mengawasi kami." Allah berfirman: "Sungguh telah diperkenankan
permintaanmu, wahai Musa." Allah berfirman kepada keduanya:
"Janganlah kalian berdua khawatir, sesungguhnya Aku menyertai kalian,
Akulah Yang Maha Mendengar dan Akulah Yang Maha Mengawasi. Berangkatlah kamu
beserta saudaramu membawa berbagai mukjizatKu, dan janganlah kalian berdua
melalaikan diri dalam mengingat Aku. Menghadaplah kalian berdua kepada Firaun,
sungguh ia telah melampaui batas; lalu berbicaralah kepada Fir'aun melalui
ucapan-ucapan yang lemah lembut, kiranya ia tersadar atau takut."
Sewaktu Musa datang ke Istana Mesir, banyak bangsawan dari
berbagai negeri hadir atas undangan Fir'aun. Ketika para penjaga istana melihat
Musa, tangan dan kaki mereka tidak dapat bergerak sehingga Musa beserta Harun
secara mudah menghadap kepada Fir'aun. Seisi istana Fir'aun terkejut bahwa ada
tamu yang tidak bersujud kepada Fir'aun. Fir'aun berkata kepada keduanya:
"Pada hari ini segala bangsawan di wilayahku hadir membawa banyak
persembahan atas undanganku; supaya mereka bersujud menyembah dewa Mesir, yakni
diriku, lalu siapakah kalian berdua yang berani menghadap kepada diriku tanpa
merendah diri dan siapakah yang menyuruh kalian datang ke tempat ini dan apakah
yang kalian bawa kepada diriku?" Musa berkata: "Wahai Fir'aun, Sesungguhnya
kami berdua adalah Utusan Tuhanmu, merupakan kewajibanku untuk tidak mengatakan
sesuatu tentang Allah, kecuali yang perkara yang benar; bahwasanya aku
menghadap kepada dirimu dengan membawa berbagai bukti nyata dari Tuhanmu, maka
serahkan hamba-hamba Allah bersama kami dan jangan menindas mereka; sungguh aku
merupakan seorang Utusan yang terpercaya untuk dirimu, dan janganlah kamu
menyombongkan diri terhadap Allah, bahwasanya kami telah datang kepada dirimu
dengan membawa berbagai Bukti dari Tuhanmu; maka kesejahteraan dilimpahkan
untuk orang yang menuruti bimbingan; Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami
berdua bahwa Malapetaka itu ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan dan
yang berpaling." Akan tetapi Fir'aun mendustakan seraya menyombongkan
diri, serta berpaling seraya berusaha menantang.
Fir'aun menjawab: "Bukankah kami pernah mengasuh dirimu
di tengah-tengah kami sewaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu pernah tinggal di
tengah-tengah kami selama beberapa tahun dalam hidupmu dan kamu telah terlibat
dalam suatu perkara yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan
orang-orang yang tidak membalas guna."
Musa berkata: "Diriku telah melakukan tindakan itu,
sewaktu aku termasuk orang-orang yang khilaf; bukankah manusia pasti pernah
berbuat dosa? dan Allah adalah Yang Maha Pengampun terhadap segala orang yang
bertobat secara tulus maupun orang yang berbuat kebajikan; lalu aku harus
melarikan diri meninggalkan kalian ketika aku mencemaskan hukuman kalian,
kemudian Tuhanku mengaruniakan Ilmu kepada diriku; serta Dialah yang menjadikan
diriku termasuk golongan Utusan, bahwasanya hal ini adalah anugerah yang Allah
berikan untuk diriku disebabkan kalian telah memperbudak Bani Israel, akan
tetapi Allah menyelamatkan diriku dan Dialah yang melindungi diriku supaya aku
menghadap kepada kalian. Ketahuilah bahwa Bani Israel adalah hamba-hamba Allah,
oleh sebab itu bebaskan mereka, yakni orang-orang merdeka keturunan Ibrahim,
Ishaq dan Ya'qub yakni para hamba milik Allah, Tuhan kami berdua."
Walaupun Fir'aun sebenarnya mempercayai ucapan Musa, namun
rasa kesombongan merintangi akal sehat sehingga Fir'aun mengeraskan kalbu serta
enggan untuk benar-benar mempercayai ucapan Musa, Firaun berkata: "Lalu
siapakah Tuhan kalian berdua, wahai Musa?" Musa berkata: "Tuhan kami
berdua ialah Yang telah Menentukan rancangan pada tiap-tiap sesuatu, kemudian
Dialah yang memberinya petunjuk" Firaun berkata: "Dan bagaimanakah
keadaan umat-umat terdahulu?" Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu
berada dalam sebuah Kitab pada sisi Tuhanku, Tuhan kami berdua takkan salah dan
Dia takkan lupa, Tuhan kami berdua adalah Tuhannya semesta alam." Fir'aun
bertanya: "Siapa Tuhannya semesta alam itu?" Musa menjawab:
"Tuhan yang Menciptakan langit beserta bumi maupun yang ada antara keduanya."
Fir'aun berkata kepada orang-orang di sekelilingnya: "Apakah kalian tidak
mendengarkan?" Musa berkata kepada seisi istana itu: "Tuhan kalian
maupun Tuhannya para leluhur kalian yang terdahulu." Fir'aun berkata
kepada seisi istana: "Sesungguhnya Utusan yang diutus kepada kalian
benar-benar orang gila." Musa berkata: "Tuhannya Timur maupun Barat
beserta yang berada antara keduanya, jika kalian memang mempunyai akal"
Fir'aun berkata: "Sungguh apabila kamu menyembah dewa selain aku, pasti
akan aku menjadikan dirimu sebagai orang yang hina."Musa berkata:
"Dan bagaimanakah jika aku tunjukkan kepada dirimu berbagai Bukti yang
nyata?" Fir'aun berkata: "Buktikan hal yang nyata itu, jika kamu
termasuk golongan yang benar." maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba
tongkat itu menjelma sebagai seekor ular yang nyata, kemudian Musa mengeluarkan
tangannya maka seketika itu pula tangannya menjadi putih bercahaya bagi
orang-orang yang memandang. Namun Fir'aun justru berkata: "ia adalah
seorang ahli sihir yang mahir."
Melihat kedua mukjizat ini, Fir'aun serta para pemuka kaumnya
justru meremehkan Musa; para pemuka kaum Fir'aun turut berlaku congkak dan
mengingkari Musa walaupun di dalam hati mereka beriman kepada Musa; para pemuka
kaum Fir'aun menyatakan bahwa kedua tindakan Musa merupakan sihir yang
dibuat-buat, Musa pun membantah: "Apakah kalian mengatakan terhadap Bukti
Kebenaran sewaktu ia datang kepada kalian: "Bukankah ini sihir?"
padahal ahli-ahli sihir tidaklah mendapat kemenangan." Akan tetapi kaum
Fir'aun tetap berdalih: "Apakah kalian berdua datang kepada kami untuk
memalingkan kami dari segala yang kami dapati telah dikerjakan oleh kaum
leluhur kami, bahkan kami belum pernah mendengar hal ini dari leluhur kami
ataukah supaya kalian berdua mempunyai kedudukan di muka bumi? sungguh kami
takkan mempercayai kalian berdua." Harun menjawab: "Apakah kalian
lebih mempercayai ucapan dari leluhur kalian yang telah mati dibanding Tuhan
Yang Menghidupkan diri mereka maupun diri kalian? dan benarkah kalian merasa
memiliki kedudukan di bumi?, Tidakkah kalian ingat bahwa kalian tidak ada sama
sekali pada waktu langit dan bumi diciptakan? dan tidakkah kalian akan lenyap
di muka bumi dalam keadaan serupa dengan tanah? maka bukankah Tuhan yang
mengaruniakan kedudukan kepada orang yang Dia perkenan serta Dialah yang
merenggut pula kedudukan itu dari orang yang Dia kehendaki."
Fir'aun dan para pemuka kaumnya tidak memperhatikan ucapan
keduanya melainkan berlagak seraya meninggikan diri dan mereka congkak dengan
hanya membandingkan kedudukan duniawi; kaum Fir'aun mengatakan: "Apakah
kami percaya kepada dua orang manusia yang serupa diri kami juga, padahal
kalangan mereka berdua merupakan orang-orang yang menghambakan diri terhadap
kita?" dengan demikian mereka berani menyombongkan diri terhadap
perintah-perintah Allah yang disampaikan melalui kedua UtusanNya, Musa dan
Harun. Musa menjawab: "Tuhanku lebih Mengetahui tentang orang yang patut
membawa Bimbingan dari sisiNya, dan kelak kalian akan mengerti siapa yang akan
memperoleh pencapaian di negeri Akhirat; bahwa sebenarnya Bani Israel merupakan
hamba-hamba Allah sebab Allah adalah Pemilik mereka. dan Allah hendak
mengadakan Perjanjian kepada mereka sebagai umat yang istimewa, dan ketahuilah
bahwa orang-orang yang berlaku sewenang-wenang takkan memperoleh kemenangan dan
sungguh aku berlindung pada Tuhanku maupun Tuhanmu, terhadap keinginanmu
merajam diriku; dan sekiranya kamu tidak beriman pada diriku maka biarkan aku."
4. PERTARUNGAN MELAWAN PARA AHLI SIHIR
Seisi istana Mesir takjub terhadap dua mukjizat yang
dihadirkan pada diri Musa, mereka pun merasa kesulitan untuk membantah bukti
jelas di hadapan mata mereka sendiri. Pada akhirnya mereka menganggap bahwa
Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang sedang mengadakan sihir supaya
meruntuhkan kedudukan Fir'aun di negeri Mesir. Firaun berkata: "Adakah
kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami mempergunakan
sihirmu itu, wahai Musa? dan kami pun pasti akan mendatangkan pula sihir
semacam itu di hadapanmu maka adakan suatu waktu pertandingan antara kami
melawan kamu, yang tidak akan kami salahi dan tidak pula kamu dicurangi,
pertandingan itu bertempat di pusat negeri." Musa berkata: "Waktu
untuk pertandingan melawan kalian ialah di sebuah hari raya, dan hendaklah banyak
orang dikumpulkan pada waktu matahari terbit." lalu Firaun berpaling serta
merencanakan tipu daya, kemudian ia datang. Musa berkata kepada mereka:
"Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap
Allah, yang dapat menyebabkan Dia menumpas kalian melalui Malapetaka pedih.
Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kedustaan pasti ditimpa celaka."
kaum Fir'aun berbantah-bantahan tentang urusan mereka dan mereka merahasiakan
percakapan itu. Terdapat salah seorang tokoh bangsawan Mesir yang berusaha
menyadarkan Fir'aun tentang azab Ilahi seraya mengingatkan tentang ajaran Yusuf
semasa berkuasa di Mesir. Akan tetapi, Fir'aun justru meninggikan diri seraya
menyatakan bahwa dirinya lebih benar dibanding Musa. Sewaktu mendapati
penolakan dari Fir'aun, tokoh bangsawan tersebut berusaha menyadarkan kaum
Fir'aun tentang kesia-siaan kehidupan duniawi serta menganjurkan mereka supaya
beriman kepada Allah. Namun para pengikut Fir'aun justru mengajak supaya kafir
terhadap Allah. Tatkala tokoh bangsawan tersebut berserah diri kepada Allah,
Allah melindunginya terhadap berbagai azab yang melanda kaum Fir'aun.
Tatkala pertandingan itu dilaksanakan, banyak orang hadir
termasuk kalangan Bani Israel dan para bangsawan yang diundang oleh Fir'aun.
Fir'aun bekata: "Pada hari ini semua orang akan mengakui siapakah yang
lebih kuat, Utusan yang dihadirkan oleh Tuhannya Bani Israel ataukah para
utusan yang dihadirkan oleh dewa Mesir, yakni diriku. semoga kita mengikuti
kubu yang menang; sebab betapa terhormat kubu yang menang pada hari ini!"
Tatkala ahli sihir itu datang kepada Fir'aun, mereka mengatakan: "Benarkah
kami akan mendapat upah apabila kami yang menang?" Fir'aun menjawab:
"Tentu saja, kalian pasti akan dijadikan golongan terhormat yang
didekatkan." Ketika Musa muncul menghadapi orang-orang itu, para ahli
sihir berkata: "Wahai Musa, kamukah yang hendak melempar terlebih dahulu,
ataukah kami yang hendak melemparkan?" Musa menjawab:
"Lemparkanlah!" Tatkala mereka melempar, tali-tali dan tongkat-tongkat
mereka tampak seolah merayap cepat lantaran tipu daya sihir, sehingga
mengelabui penglihatan banyak orang dan menjadikan banyak orang itu takut,
serta para ahli sihir itu menampakkan sihir yang menakjubkan. Setelah itu,
Allah berfirman kepada Musa: "Jangan takut, sungguh kamulah yang paling
unggul dan lemparkan yang berada ada di tangan kananmu, niscaya itu akan
menelan apa yang mereka tipu dayakan sebab yang mereka perbuat itu merupakan
tipu daya tukang sihir." Para ahli sihir berkata: "Demi kekuasaan
Fir'aun, kami benar-benar akan menang." Allah berfirman: "Dan tidak
akan menang tukang-tukang sihir itu, bagaimanapun mereka bertindak" Musa
berkata: "Apa yang kalian lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya
Allah yang akan menampakkan kelemahannya; sungguh Allah tidak akan membiarkan
terus berlangsungnya tindakan orang-orang yang mengadakan kekacauan dan Allah
akan mengokohkan Kebenaran melalui KetetapanNya walaupun orang-orang yang
berdosa tidak menyukai hal ini." dan Allah wahyukan kepada Musa: "Lemparkan
tongkatmu!" kemudian seketika tongkat itu menelan benda-benda yang mereka
sihirkan, sehingga Kebenaran yang berjaya, sedangkan segala yang para ahli
sihir usahakan menjadi sia-sia.
Para ahli sihir tersebut takluk di tempat itu dan mereka
menjadi orang-orang yang kalah; bahkan menundukkan diri seraya bersujud, mereka
berkata: "Kami beriman kepada Tuhannya semesta alam, Tuhannya Musa maupun
Harun." Fir'aun berkata: "Apakah kalian beriman kepada Musa sebelum
aku memberi izin kepada kalian? ini pasti adalah suatu muslihat yang telah
kalian rencanakan di dalam kota ini untuk menyesatkan seisi penduduknya melalui
perkara demikian, sungguh ia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir
kepada kalian. kelak kalian akan mengetahui bahwa aku akan memotong tangan beserta
kaki kalian secara bersilang dan bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan
menyalib kalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kalian akan
mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kejam dalam
menyiksa." Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhan,
kami berpulang. kami takkan lebih mengutamakan kamu dibanding berbagai bukti
nyata yang telah datang kepada kami maupun dibanding Tuhan yang telah
menciptakan kami. maka putuskan perkara yang hendak kamu putuskan, bahwa kamu
hanya dapat bertindak dalam kehidupan di dunia ini saja; sungguh kami telah
beriman kepada Tuhan kami, kiranya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami
maupun sihir yang telah kamu paksakan supaya kami lakukan. Bahwasanya Allah
adalah Yang Terbaik dan Yang Abadi. Sungguh barangsiapa menghadap kepada
Tuhannya dalam keadaan berdosa maka sungguh disediakan Neraka Jahanam untuk
orang itu, kemudian orang itu tidak mati dan tidak hidup disana, sedangkan
barangsiapa menghadap kepada Tuhannya dalam keadaan beriman serta
bersungguh-sungguh memperbuat berbagai kebajikan, maka mereka itulah
orang-orang yang memperoleh kedudukan-kedudukan terhormat; Surga 'Adn yang
dialiri sungai-sungai di bawahnya, mereka disana selamanya. Dan itulah balasan
untuk orang yang murni dan kamu tidak menyalahkan kami melainkan karena kami
telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami tatkala ayat-ayat itu datang kepada
kami; sungguh kami sangat menginginkan kiranya Tuhan kami mengampuni berbagai
kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang bersegera untuk
beriman." Para ahli sihir itu berdoa: "Ya Tuhan kami, limpahkan
kesabaran kepada kami dan wafatkan kami dalam keadaan berserah diri."
5. BERDAKWAH KEPADA BANI ISRAEL.
Mendapati kubu kaum Fir'aun takluk dalam pertarungan melawan
Musa, banyak penduduk Mesir menghormati kedudukan Musa serta mengakui Musa
sebagai Utusan Allah. Walaupun semula kaum Fir'aun berniat untuk merendahkan
Musa dan supaya menyamakannya sebagai tukang sihir, mereka justru mendapati
banyak orang meyakini bahwa Musa bukan seorang manusia biasa bahkan penduduk
Mesir itu sendiri ketakutan untuk bertindak sesuatu terhadap Musa. Tatkala Bani
Israel merasa yakin bahwa Allah telah mengutus Musa untuk mereka, maka banyak
orang dari Bani Israel yang meminta perlindungan kepada Musa menghadapi
penindasan kaum Fir'aun; Musa pun menyatakan bahwa ia bukanlah yang sanggup
dimintai pertolongan melainkan ia memerintahkan Bani Israel supaya memohon
perlindungan kepada Allah Yang Maha Melindungi; serta Musa mengingatkan bahwa
Bani Israel adalah kaum keturunan pewaris Ibrahim, Ishaq danYa'qub; ketiga
manusia yang dipilih Allah, berdasar sikap penghambaan kepada Allah, oleh sebab
itu Bani Israel juga harus meneladani sikap Ibrahim yang setia dan bersedia
mengorbankan banyak hal sekalipun nyawanya sendiri, demi membuktikan ketulusan
pengabdiannya untuk Allah. Sehingga Bani Israel membuktikan diri sebagai
orang-orang yang rela menyerahkan apapun untuk Allah serta supaya mereka teruji
setia kepada Allah dalam segala keadaan. Sebagaimana Ibrahim memperoleh janji
dari Allah bahwa seisi bumi diwariskan untuk kaum keturunan Ibrahim, yakni
orang-orang yang bersedia benar-benar menghamba kepada Allah. Musa
memberitahukan pula bahwa Bani Israel sebagai kaum keturunan Ibrahim akan
memperoleh perjanjian abadi tentang berbagai karunia istimewa dari Allah. Musa
juga memohon kepada Allah supaya menumpas para musuh Bani Israel dan Musa
berdoa supaya kelak Bani Israel menjadi kaum penguasa dan kaum pewaris di muka
bumi.
Mayoritas Bani Israel yang telah diperbudak bangsa Mesir,
merasa tidak berani menyatakan sikap keimanan kepada Allah sehingga tiada yang
terang-terangan menyatakan beriman kepada Musa selain para pemuda dari kalangan
suku Lawwy yang berada dalam keadaan khawatir bahwa Fir'aun beserta para pemuka
kaum Fir'aun hendak menindas mereka juga,sebab hanya suku ini yang tidak turut
diperbudak di Mesir. Musa berkata: "Wahai kaumku, jika kalian beriman
kepada Allah maka hendaklah kalian menaruh kepercayaan kepada Dia saja, apabila
kalian memang berserah diri." lalu mereka berkata: "Kepada Allah,
kami menaruh kepercayaan!", mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, jangan
kiranya Engkau jadikan kami sasaran penindasan bagi golongan yang
sewenang-wenang itu, dan selamatkan kami melalui anugerahMu menghadapi
orang-orang kafir." Allah mewahyukan kepada Musa beserta Harun supaya
mendirikan rumah-rumah di negeri Mesir sebagai tempat tinggal bagi kalangan
mereka serta supaya menyediakan tempat-tempat shalat di rumah-rumah itu. Allah
juga memerintahkan mereka mendirikan shalat serta menenangkan kegelisahan
orang-orang beriman.
Fir'aun mendapati banyak orang yang tidak mau lagi menyembah
dirinya dan para pemuka dalam kaum Fir'aun juga menyampaikan rasa khawatir
tentang Bani Israel yang mulai menolak bekerja sebagai budak seraya mengatakan
bahwa tuan Bani Israel bukanlah orang-orang Mesir melainkan Allah, Tuhannya
para leluhur mereka, serta mereka menyatakan bahwa Allah akan menghadirkan
hukuman-hukuman pedih kepada orang-orang yang menyakiti hamba-hambaNya. Fir'aun
tetap berkeras diri seraya berkata: "Wahai kalangan pemuka kaumku, aku
tidak mengetahui ada dewa bagi kalian selain diriku" lalu Fir'aun
memerintahkan Haman mendirikan bangunan yang tinggi supaya Fir'aun dapat naik
sampai ke gerbang-gerbang langit untuk melihat Tuhannya Musa, sebab Flr'aun
menganggap Musa termasuk golongan pendusta. Fir'aun dan bala pasukannya berlaku
angkuh di muka bumi dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan
kepada Allah.
Dalam kesombongan diri, Fir'aun berseru kepada kaumnya:
"Wahai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini milikku beserta sungai-sungai
yang mengalir di bawahku maka apakah kalian tidak mengetahui? bukankah aku
lebih baik dibanding orang hina dan hampir tidak dapat menjelaskan? mengapa
tidak dipakaikan pada dirinya; gelang emas ataupun malaikat hadir bersama-sama
dengan ia." maka Fir'aun berhasil membujuk kaumnya sebab mereka merupakan
kaum yang fasik.Kemudian Musa mengadu kepada Tuhannya: "Sesungguhnya kaum
ini adalah kaum yang berdosa."
Dan Fir'aun berkata: "Biarkan aku yang membunuh Musa dan
hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sungguh aku khawatir ia akan
mengganti agama kalian ataupun menimbulkan kekacauan di muka bumi." Musa
berkata: "Sungguh aku berlindung kepada Tuhanku maupun Tuhanmu terhadap
segala orang congkak yang tidak beriman terhadap Hari Perhitungan." Musa
dan Harun mengadu kepada Allah: "Wahai Tuhan kami, sungguh Engkau telah
memberi kepada Fir'aun serta para pemuka kaumnya; perhiasan maupun harta kekayaan
duniawi. Wahai Tuhan kami, sungguh mereka telah menyimpang terhadap JalanMu.
Wahai Tuhan kami, binasakan harta benda mereka, dan keraskan kalbu mereka
sehingga mereka tidak beriman sampai ketika mereka ditimpa Malapetaka
pedih." Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenan pengaduan
kalian berdua, oleh sebab itu tetaplah kalian berdua berada pada Jalan Lurus
dan janganlah sekali-kali kalian mengikuti adat orang-orang yang tidak
mengetahui."
Demikianlah Fir'aun menganggap baik perbuatan keji itu; dan
ia dihalangi untuk menerima Kebenaran; dan tindakan Fir'aun itu tidak lain
hanyalah menimbulkan celaka. Maka ia mengumpulkan lalu memanggil kaumnya.
Fir'aun berkata: "Akulah dewa kalian yang paling hebat." Kemudian
Allah menetapkan Ketetapan bahwa kaum Fir'aun termasuk golongan yang pantas
dibinasakan; maka Allah meneguhkan Ketetapan untuk menumpas Fir'aun melalui
Hukuman pedih di Akhirat maupun di dunia.
7. HUKUMAN-HUKUMAN TERHADAP KAUM FIR'AUN.
Akibat kaum Fir'aun menolak menuruti perintah-perintah Allah
melalui Musa dan Harun; maupun menolak melepas golongan hamba Allah, yakni Bani
Israel, maka Allah menimpakan berbagai hukuman bencana kepada bangsa Mesir
melalui musim kemarau yang lama dan jumlah buah-buah yang sedikit supaya kaum
Fir'aun tersadar atas kedurhakaan mereka; kemudian Allah timpakan kesembilan
bencana dahsyat melalui perantaraan Musa, yang juga diketahui oleh Bani Israel.
Allah menimpakan berbagai bencana yang semakin pedih kepada kaum Fir'aun; yakni
berupa angin topan, wabah belalang, kutu, katak serta darah sebagai berbagai
Bukti azab Ilahi namun kaum Fir'aun tetap menyombongkan diri.
Sewaktu kaum Fir'aun ditimpa bencana; mereka tuduhkan
penyebab bencana itu kepada Musa beserta orang-orang yang bersama dirinya. Lalu
mereka memohon seraya berjanji kepada Musa: "Wahai Musa, mohonkan untuk
kami kepada Tuhanmu mempergunakan kenabian yang diakui Allah berada pada
sisimu; sungguh jika kamu dapat menghilangkan bencana itu dari tengah-tengah
kami, pasti kami akan beriman kepada dirimu dan kami akan melepaskan Bani
Israel pergi bersama dirimu" setelah Allah menghilangkan bencana itu
terhadap kaum Fir'aun hingga batas waktu tertentu, tiba-tiba kaum tersebut
justru melanggar janji mereka sendiri sambil mengatakan: "Ini adalah
karena usaha kami sendiri" kaum Fir'aun tetap berkeras diri serta enggan
mengakui bahwa bencana-bencana itu berasal Ketetapan Allah. kaum Fir'aun
berkata kepada Musa: "Bagaimanapun kamu mendatangkan berbagai Bukti kepada
kami untuk menyihir kami mempergunakan bermacam-macam Bukti itu, sungguh kami
takkan beriman kepada dirimu." kaum Fir'aun tidak mempertimbangkan
berbagai Bukti tersebut sebab mereka sewenang-wenang menyombongkan diri
terhadap Allah sehingga sebuah Keputusan telah mutlak bagi Allah, bahwa kaum
Fir'aun merupakan kaum takabur yang pantas untuk dibinasakan.
Fir'aun bahkan mengumpulkan seluruh penduduk Mesir dan
memerintahkan mereka supaya mengadakan sumpah kepada anak-anak mereka agar
kelak melenyapkan seluruh pengikut Musa dari tanah Mesir, kemudian Fir'aun
pergi menemui Musa: "Sungguh aku menganggap dirimu, wahai Musa, sebagai
seorang yang kena sihir."
Musa menjawab: "kamu sebenarnya telah memahami, bahwa
tiada yang sanggup menghadirkan mukjizat-mukjizat maupun bencana-bencana itu
selain Tuhan Yang Memelihara langit maupun bumi sebagai berbagai bukti yang
nyata, dan sesungguhnya aku menganggap dirimu, wahai Fir'aun, sebagai seorang
yang akan binasa." maka Allah melindungi Musa terhadap tindakan jahat
mereka. Fir'aun pun berkata: "Mungkin kami akan binasa, namun ketahuilah
bahwa kami telah mewariskan sumpah kepada anak-anak dan cucu-cucu kami supaya
mereka bersumpah melenyapkan anak cucu kalian dan melenyapkan nama kalian dari
muka bumi ini." Musa pun menjadi geram seraya menjawab: "Maka
camkanlah! sesungguhnya Allah telah bersumpah bahwa bumi ini diwariskan untuk
Ibrahim dan keturunannya; keturunan Ishaq, yang kemudian diwariskan kepada
Israel, dan mereka inilah golongan pewaris Israel; lalu betapa keji niat kalian
itu! kiranya Allah yang membunuh anak-anak kalian dan kiranya Dialah yang
melenyapkan nama kalian dari muka bumi pada malam ini juga."
Kemudian Allah memerintahkan Bani israel melalui Musa supaya
mereka beribadah secara bersungguh-sungguh pada malam tersebut sebab Allah
sendiri hendak datang pada malam tersebut untuk menimpakan hukuman terakhir
kepada kaum Fir'aun, yakni membunuh seluruh anak-anak kaum Fir'aun akibat
anak-anak itu telah bersumpah untuk melenyapkan keturunan para pengikut Musa.
8. HIJRAH DARI NEGERI MESIR
Allah memerintah Musa supaya mengajak Bani Israel bergegas
mempersiapkan perbekalan lalu meninggalkan negeri Mesir. Musa menyampaikan pula
kepada Bani Israel agar mereka memuati perbekalan dari negeri Mesir serta
mengambil segala barang yang diberikan oleh orang-orang Mesir sebagai upah atas
segala pekerjaan mereka di negeri Mesir. Orang-orang Mesir merasa ketakutan
terhadap Bani Israel dan orang-orang Mesir menganggap harta benda tidak lagi
berguna sejak kematian anak-anak sekaligus kaum pewaris bangsa Mesir. Setelah
mendapati seluruh keturunan di istana Fir'aun telah mati, Fir'aun beserta para
pemuka kaumnya meratap serta berkabung atas musibah ini.
Sementara Bani Israel mengambil banyak harta benda dan
perhiasan di negeri Mesir, Musa mencari sebuah warisan berharga dari keluarga
Ya'qub yang masih berada di tanah Mesir dan ia berhasil menemukannya, yakni
jasad Yusuf yang telah lama disembunyikan oleh kaum pemuka bangsa Mesir.
Sewaktu masih tinggal di istana Fir'aun; Musa mengetahui kabar bahwa kaum
pemuka bangsa Mesir telah mengawetkan jasad Yusuf di sebuah tempat khusus. Oleh
sebab Yusuf merupakan pewaris utama dari berkat Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub;
sehingga dimanapun jasad Yusuf berada maka Allah akan melimpahi kemakmuran di
wilayah itu. Musa menyadari pula bahwa Allah telah menjanjikan Yusuf sebagai
tanda penyelamatan untuk Bani Israel. Sebagaimana Allah telah memuliakan
kedudukan Yusuf, yang bertujuan menyelamatkan keberlangsungan hidup seluruh
keluarga Ya'qub melalui kedatangan mereka ke negeri Mesir semasa menghadapi
wabah kelaparan; demikian halnya Allah akan berkenan menyelamatkan Bani Israel
sewaktu meninggalkan negeri Mesir apabila umat itu bersedia menghargai
jasa-jasa Yusuf, yakni melalui pengangkutan jasad putra kesayangan Israel ini
berpulang menuju tanah airnya.
Bani Israel meninggalkan negeri Mesir dalam keadaan
terburu-buru sebab Allah telah memerintahkan supaya bergegas berangkat pada
malam tersebut. Bani Israel mengangkut banyak ternak serta muatan harta benda
saat berangkat dari negeri Mesir. Allah juga menghadirkan sebuah naungan yang
melindungi Bani Israel dalam keberangkatan ini. Sementara itu, ketika seisi
istana Fir'aun sedang meratapi segala bencana yang telah melanda mereka;
Fir'aun masih tetap berkeras diri dan berusaha menyesatkan kaumnya. Akibat
menolak mengakui Bani Israel sebagai hamba-hamba Allah, Fir'aun maupun seluruh
pengikutnya berikrar untuk melenyapkan mereka dari muka bumi. Akan tetapi kaum
Fir'aun merasa sangat murka ketika mendapati tiada seorang pun dari Bani Israel
masih berada di negeri Mesir; Fir'aun berkata: "Sesungguhnya mereka
benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang
menimbulkan kemurkaan kita dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang
selalu berjaga-jaga."
Maka Fir'aun dan bala tentaranya menyiapkan kendaraan untuk
mengejar Bani Israel dan hampir menyusuli mereka di pesisir Laut Merah sewaktu
matahari terbit; setelah kedua golongan itu dapat saling melihat, para pengikut
Musa berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul." Musa
menjawab: "Mustahil akan tersusul; sebab Tuhanku menyertai diriku; bahwa
Dialah akan memberi petunjuk kepada diriku." lalu Allah wahyukan kepada
Musa: "Pukulah lautan itu mempergunakan tongkatmu!" seketika lautan
itu terbelah dan tiap-tiap belahan laut menyerupai pegunungan besar kemudian
Bani Israel segera melalui jalan kering diantara lautan yang terbelah itu; Bani
Israel percaya bahwa Allah yang telah menghadirkan mukjizat yang bertujuan
menyelamatkan mereka terhadap kejaran bala tentara Fir'aun.
Bala tentara Fir'aun turut menyaksikan salah satu keajaiban
terbesar yang Allah karuniakan untuk Bani Israel; bala tentara ini berhenti
seraya takjub terhadap kejadian ini. Namun kesombongan Fir'aun kembali memaksa
dirinya untuk mengingkar, Fir'aun berkata: "Apakah kita datang ke tempat
ini agar duduk dan menyaksikan Bani Israel pergi begitu saja, bukankah kita
telah bersumpah supaya mencincang dan melenyapkan mereka dari muka bumi,"
seketika kaum Fir'aun segera bergegas ke jalan kering di tengah-tengah lautan
itu. Sewaktu kaum Fir'aun berada di tengah-tengah tanah kering itu, tiba-tiba
mereka merasa kelelahan dan tidak sanggup bergerak, maka Allah hantamkan kedua
lautan itu untuk menenggelamkan serta menghancurkan tubuh bala tentara Fir'aun
menjadi berkeping-keping. Ketika Fir'aun hampir tenggelam; ia berucap:
"Saya percaya bahwa tiada Tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani
Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri." Namun Allah
menolak pernyataan ini sebab Fir'aun telah mendurhaka sejak dahulu tatkala
Fir'aun berada dalam keadaan makmur; serta Fir'aun termasuk orang-orang yang
mengadakan kekacauan di muka bumi. Pada hari itu Allah luputkan jasad Fir'aun
dari hancur berkeping-keping supaya Fir'aun menjadi pelajaran bagi generasi
berikutnya.
kaum Fir'aun dinaungi kutukan di dunia maupun kutukan di
Akhirat, bahwa pada hari kiamat Fir'aun akan memimpin kaumnya lalu melempar
mereka sebagai golongan yang dicampakkan ke dalam Neraka oleh sebab kaum
Fir'aun membantah serta menyombongkan diri terhadap segala perintah Allah
maupun segala mukjizat Allah, serta akibat memandang rendah dua Utusan Allah,
Musa dan Harun, bahkan kaum tersebut secara sewenang-wenang memperlakukan Bani
Israel, umat milik Allah, maka Allah jadikan kaum Fir'aun sebagai kiasan dan
contoh bagi generasi terkemudian.
10. PERJALANAN MENUJU NEGERI WARISAN
Melalui penyelamatan Bani Israel terhadap bala tentara
Fir'aun; Allah telah menggenapi Ketetapan yang baik untuk Bani Israel sebagai
umat yang diselamatkan Allah oleh karena kesabaran mereka, dan telah Allah
hancurkan segala yang telah dirancang maupun yang telah didirikan oleh Fir'aun
beserta kaumnya. Allah hendak memberi "negeri warisan" kepada kaum
yang telah ditindas itu, bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Allah
berkahi.
Setelah Bani Israel berada seberang lautan itu, mereka sampai
kepada suatu kaum penyembah berhala, sebagian dari mereka berkata: "Wahai
Musa, dirikan untuk kami sebuah dewa sebagaimana mereka mempunyai beberapa
dewa." Musa menjawab: "Sesungguhnya kalian ini adalah golongan yang
tidak mengetahui, sebab mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianut
oleh mereka sendiri dan akan sia-sia segala hal yang selalu mereka
kerjakan." lalu Musa berkata : "Patutkah aku mencari sembahan untuk kalian
selain Allah, padahal Dialah yang telah mengistimewakan kalian melampaui
semesta alam."
Sewaktu jumlah perbekalan makanan semakin sedikit; Bani
Israel sering mengeluh kepada Musa tentang yang akan mereka makan maupun yang
akan mereka minum dalam perjalanan ini. Kemudian Allah menurunkan hujan
mannasebagai makanan khusus untuk seluruh umat itu, serta Allah sediakan sumber
minuman untuk umat ini berupa banyak aliran sungai melalui celah bebatuan.
Allah hendak menyadarkan Bani Israel supaya senantiasa mengingat seraya
bersyukur bahwa segala makanan berasal dari langit oleh karena Kebaikan Allah,
sebab Allah yang telah mengaruniakan air yang menghujani bumi untuk dapat
menumbuhkan berbagai tanaman yang dimakan banyak makhluk seisi bumi. Sebagai
anugerah istimewa, Allah karuniakan makanan yang secara langsung turun dari
langit untuk sebuah umat pilihan di semesta alam. Allah juga menghadirkan
naungan awan kemuliaan yang melindungi Bani Israel terhadap terik matahari
maupun udara malam hari.
11. PERJANJIAN ABADI ANTARA ALLAH DENGAN BANI ISRAEL
Setelah mengantarkan para pengikutnya menuju Gunung Sinai
yang telah dijanjikan sebagai tempat mengadakan Perjanjian antara Allah dengan
Bani Israel; Musa terlebih dahulu menghadap kepada Allah supaya mendapat
perkenan Allah. Kemudian Allah memerintahkan melalui Musa supaya Bani Israel
menguduskan diri serta membersihkan diri selama beberapa hari sebelum hendak
mengadakan perjanjian kepada Allah. Pada Hari Perjanjian, terdapat segolongan
orang yang masih meragukan kerasulan Musa; golongan tersebut berkata: "Wahai
Musa, kamu telah menunjukkan berbagai tindakan luar biasa di hadapan kami dan
kamu pun mengalahkan para ahli sihir bahkan membungkam dan menaklukkan seisi
Istana Fir'aun; akan tetapi benarkah kamu diutus oleh Allah? bagaimana mungkin
kami meyakinkan diri terhadap hal itu? bahwa kami tak akan beriman kepadamu
sebelum kami benar-benar melihat Allah secara nyata."
Kemudian Allah pun menghadirkan "KemuliaanNya" di
atas Gunung Sinai seraya menyampaikan Suara Ilahi diiringi gemuruh petir dan
kilat menyambar; Suara Ilahi tersebut berisi berbagai ikrar perintah kepada
seluruh Bani Israel. Allah bahkan mengangkat Gunung Sinai diatas kepala seluruh
Bani Israel supaya umat itu berikrar teguh untuk berpedoman terhadap segala
yang diperintahkan oleh Allah; dengan harapan Bani Israel senantiasa mengingat
segala perintah Allah sehingga mereka membuktikan diri sebagai hamba-hamba yang
hanya tunduk kepada Allah. Perjanjian Allah ini tidak hanya berlaku kepada Bani
Israel semat .
0 Komentar